Mimpi dan Cita cita....
Sabtu pagi keadaan asrama Guruminda maupun Purbasari begitu sepi karena sebagian besar mahasiswa/i baik kebidanan maupun keperawatan tingkat 2 dan tiga libur dan tidak ada aktivitas perkuliahan, namun bagi kami anak anak tingkat satu keperawatan harus masuk kuliah karena ada kelas bahasa inggris tiap sabtu pagi. Kelas bahasa inggris kali ini begitu berbeda karena kita kedatangan dosen baru, dimana dosen tetap bahasa inggris mengambil dari kampus lain yaitu pak Ukom begitu kita panggil namun nama asli nya dosen bahasa inggris kami lebih keren lagi yaitu Bapak Ujang Komara. Namun Pagi ini kita kedatangan Dosen baru yang bernama Ibu alvin.
Perkenalan pun dilakukan, sosok ibu alvin ini sebenarnya adalah alumnus akper Depkes, dikarenakan beliau menyukai Bahasa Inggris, lalu dikemudian hari Ibu alvin ini nyambi kuliah di bahasa inggris dan menjadi dosen pengganti bilamana Pak Ukom tidak bisa mengajar. Kami anak anak angkatan 11 keperawatan sangat senang dengan kehadiran dosen baru ini, beliau bercerita tentang pengalaman beliau belajar kemudian lulus menjadi perawat.
Adapun yang menarik dari cerita beliau adalah ketika beliau beserta teman-teman lulusan akper lainnya mencoba peruntungan mengikuti seleksi menjadi perawat di kuwait. Sungguh bagi kami anak baru tidak terlintas sedikitpun bagaimana tugas menjadi seorang perawat apalagi harus pergi dan bekerja di Luar negeri yang ada dipikiran sebagian dari kami adalah kami cukup bisa kuliah setelah selesai SMA karena merupakan itu ritual dan kami cukup kuliah di kampus terdekat dan milik pemerintah pula. Namun begitu kami simak cerita beliau dengan seksama. Beliau mengatakan bahwa beliau juga lulus test kuwait namun menyesal tidak di ambil karena pertimbangan orang tua yang tidak mengijinkan anaknya pergi melintasi “dunia lain” yaitu negara Arab yang jauh nun disana.
Beberapa bulan yang lalu beliau terima surat dari temannya di kuwait, dan yang saya ingat waktu itu beliau menunjukkan dan membacakan surat itu dengan suara lantang, membangunkan jiwa kami yang entah dimana tujuan kami mengikuti kuliah di kampus, menggetarkan sanubari kami, serta membangunkan lamunan kami akan cita cita yang harus kami raih suatu saat nanti. Surat teman beliau mengatakan bahwa menjadi Perawat merupakan pilihan yang sangat tepat baginya, teman beliau bisa bekerja dan tinggal di luar negeri dengan segala fasilitas serba ada. Mendapatkan penghasilan serta kesejahteraan yang tiada tara, yang bilamana dibandingkan dengan kesejahteraan Perawat di Indonesia sangat jauh sekali bila dibandingkan. Dengan suara lantang nya Bu alvin memompa memotivasi kami seperti kami di suntikkan adrenalin olehnya, hentakan demi hentakan kami mulai terbangun dan menancapkan tekad yang kuat untuk lulus dan menjadi perawat yang sebenarnya.
Suasana kelas waktu itu mendadak ramai, beberapa orang berceloteh dan mengatakan mimpi mimpinya untuk bekerja dan berkarir seperti halnya temannya Ibu alvin. Begitu pun aku dan ketiga teman aku bertekad untuk menjadi perawat yang berkualitas. Namun mimpi hanyalah mimpi untuk menjadi perawat yang berkualitas dan kompeten tidak hanya dibutuhkan tekad yang kuat tetapi juga usaha yang kuat juga. Begitu lah ibu dosen bahasa inggris kami memompa semangat kami untuk tetap bertahan di kampus putih ini.
Cilolohan 35 memberikan kesan yang berarti bagi kami angkatan 11, dimana hal yang paling berkesan adalah saat awal Ordik(Ospek) Asrama. Kengerian bercampur dengan kelucuan kami rasakan saat Ordik selama satu minggu, dimana kami mendapatkan pressure dan tingkatan stress yang tiada tara nya, dimana ternyata setelah bekerja hal tersebut benar-benar berguna, dimana kita sudah terbiasa memanage stress kita dengan berbagai cara. Kata kata yang paling sering dikatakan teman teman kami yaitu meskipun stress yang penting senyum atau yang penting nafsu makan, itulah salah satu penguat kami sampai saat ini menjadi perawat yang “tahan banting”.
Kami bangga menjadi perawat, dan kami haturkan terima kasih yang tiada tara untuk semua guru guru kami, dan dosen dosen kami yang telah membuat kami berdiri tegak ditengah-tengah hantaman ombak modernisasi dan membuat kami menjadi lebih kuat untuk menggapai mimpi yang kami mimpi mimpikan sejak lama. Sosok Ibu alvin bukan hanya satu sosok yang terlibat dan berperan besar mengantarkan kami menjadi seorang lulusan yang berkualitas namun masih banyak lagi sosok2 seperti ibu alvin di kampus kami, cilolohan 35.
Adapun mimpi mimpi ketika tingkat satu, sama persis seperti mimpinya ikal menggapai Paris Prancis ketika masih kecil memendam mimpi itu dan akhirnya bisa pergi menggapai cita-cita sampai ke paris perancis, begitupun Teman teman ada yang bermimpi menjadi seorang PNS dan alhamdulillah sebagian besar mimpi itu tercapai menjadi PNS yang diharapkan dan dibanggakan, ada yang pergi menjadi perawat luar negeri dan itu pun tercapai menjadi perawat luar negeri yang berkualitas ke Jepang,KSA, Kuwait.
Adapun ketika mimpi kita menjadi kenyataan, lantas apakah ini akhir dari cerita kita, lantas apakah kita hanya termenung dan tersenyum puas lalu terdiam. Saya katakan Bukan, bukan dan sama sekali ini bukanlah akhir dari cerita kita, saya katakan ini adalah awal dari cerita kita untuk memberikan kebaikan untuk diri sendiri, keluarga, teman, dan semua orang. Kita sebenarnya telah ketinggalan langkah oleh terdahulu kita yang sudah menginjakkan kaki di tanah kesuksesan, untuk itu jangan lah kita berpuas diri masih banyak jalan yang harus kita lewati dan masih beribu kali kita harus melangkahkan kaki. Kita juga harus tetap bersemangat memandang hidup yang singkat ini, menjalani hidup yang penuh liku ini. Harus tetap berdiri tegak meskipun banyak dorongan yang menginginkan kita terjatuh, harus tetap tersenyum, harus tetap riang meskipun kepiluan dalam hidup selalu kita alami, hidup yang sulit bukan untuk di ratapi tetapi untuk kita ubah menjadi hidup yang penuh makna.
Dan juga ketika mimpi itu ternyata belum saja menjadi kenyataan, lantas apakah kita harus diam menyerah atau terus saja bermurung diri, terus menggunjing dan melihat iri kesuksesan orang lain. Tidak, jangan lakukan itu, sama sekali jangan lakukan,meskipun mimpi ataupun cita cita kita belum tercapai, tetap kita harus berikhtiar sekuat tenaga, dengan berikhtiar kita akan selalu terjaga dan kita akan selalu berada di dalam rel menuju mimpi dan cita cita kita. Banyak terdahulu kita berputus asa dan akhirnya tidak mendapatkan apa-apa, hanya kesengsaraan dan kepiluan hidup mereka alami karena mereka menyerah begitu saja, mereka tidak melakukan ikhtiar dan hanya berpasrah saja pada takdir, tidak pernah berdoa dan meminta. Lalu apakah kita akan bernasib sama dengan mereka, yang menyerah padahal pertempuran di medan juang belum selesai, apakah kita akan bernasib sama dengan mereka yang hanya bisa duduk dan tertunduk lesu padahal mereka sebenarnya masih mampu untuk berdiri dan berlari?
By Ranz
“Barang siapa yang menginginkan akhirat maka kejarlah akhirat mu seakan akan kamu akan mati esok hari, dan Siapa yang menginginkan Dunia maka kejarlah duniamu seakan akan kamu akan hidup selamanya” (Rasullah SAW)
Khaitan-Kuwait, 13-09-2010 (3 Syawal 1431H)
Read more!