Hubungan Kasus century, upaya pemakzulan serta kepemimpinan dalam islam
Di Tulis Pada :
Wednesday, March 3, 2010 at 9:36am
Sepulang futsal, tiba di rumah jam 8 malem, trus langsung makan sambil nonton tv, ternyata lagi ramai tentang keadaan sidang paripurna DPR yang dilaksanakan tadi siang, saya memang ketinggalan dan gak sempat lihat tv sejak pagi hari. Nah pas nonton berita ternyata dimana mana ada acara debat antara para politisi. Berita kekisruhan sidang paripurna tadi siang tersiar di setiap stasiun tv dan saya pun ikut mengomentari dan ikut berdebat di rumah bersama keluarga.
Memang di dalam menjalankan pemerintahan baik eksekutif maupun legislatif seharusnya sejalan, dimana legislatif tetap sebagai badan yang independen dalam memonitor kerja serta ketetapan yang dilakukan eksekutif. Namun disisi lain eksekutif pun seyogyanya harus menjalankan kinerja sesuai dengan ketetapan yang berlaku dan tidak melenceng dari rule itu sendiri. Sehingga pemerintahan dalam upaya membangun negeri ini yang sedang terpuruk terus berlanjut tanpa ada masalah masalah yang justru menghambat kita untuk maju serta bangun dari keterpurukan ini.
Upaya untuk membuka kasus yang sedang inn (kasus century) secara terang benderang ini menimbulkan berbagai polemik, dari mulai tuduh mentuduh siapa yang bertanggung jawab atas kesalahan ball out serta tuduh mentuduh siapa yang telah mengambil kesempatan dalam ball out ini serta sampai isu upaya pemakzulan presiden atau wakil presiden. Hal ini tentu membuat membuat kami (rakyat biasa) merasa bingung serta bertanya tanya. Saya sendiri sebagai orang awam kadang suka ikut berkomentar ketika para politisi berdebat satu sama lain.
Dalam pikiran saya, sempat terlintas bahwa memang ada upaya pelemahan terhadap pemerintah, meskipun saya berkesimpulan memang pemerintah itu sendiri membuat blunder dalam upaya ball out century ini, faktanya aliran dana ball out itu tidak terdistribusi secara benar, bahkan cenderung banyak kesalahan dan salah sasaran. Hal ini mengingatkan kita pada kasus BLBI yang menimbulkan kerugian negara ratusan triliun, dan sampai saat ini belum terungkap siapa yang bertanggung jawab. Sejak ada keputusan ball out century saya sudah menduka hal ini akan terjadi persis seperti hal nya kasus BLBI di tahun 97 dan 98.
Saya tertarik untuk mengomentari isu upaya pemakzulan baik Presiden dan terutama wakil presiden yang diduga paling bertanggung jawab atas kebijakannya selama menjabat di BI serta menteri keuangan Sri Mulyani sebagai ketua KSSK pada waktu itu. Beberapa partai yang tergabung dalam oposisi justru mendapatkan senjata untuk menyerang pemerintahan yang dipimpin SBY. Meskipun mereka mempunyai alasan tersendiri, dan mengklaim bahwa memang menemukan berbagai kesalahan didalam kebijakan kebijakan pemerintah.
Upaya pemakzulan semakin menyeruak, meskipun kecil kemungkinan terjadi. Yang ada dipikiran saya bahwa mungkinkah pemerintah SBY bisa digulingkan dengan temuan adanya blunder kebijakan??. Atau mungkinkah dengan satu blunder ini, menjadikan pelecut semangat kinerja yang lebih baik atau bahkan bisa lebih buruk bagi pemerintahan??
Saya pernah membaca beberapa buku tentang pemerintahan islam baik dari zaman Rasulullah serta para sahabat. Di dalam buku berjudul tsaqifah, buku dari kalangan syiah yang berisi tentang manuver politik dan pergantian khalifah sepeninggal Rasulullah. Dimana di jabarkan proses pembaiatan Abu bakar assyidiq sebagai khalifah pengganti rasulullah. Disini kalangan syiah berpendapat bahwa yang lebih berhak atas Khalifah pengganti Rasullah adalah Ali Bin Abi Thalib. Namun tepatnya di Tsaqifah kalangan Anshor (beberapa warga asli di madinah yang di persaudarakan oleh Rasulullah dengan kalangan muhajirin makkah, disebut kaum penolong) , kalangan muhajirin serta beberapa suku yang mendiami sekitar Madinah melakukan perdebatan yang cukup alot tentang siapa suksesor yang menjadi khalifah pengganti rasullah. Dan pada akhirnya di putus kan Abu bakar sebagai Khalifah (catatan: Suksesi ini dilakukan sebelum Nabi Muhammad di kuburkan). Dari peristiwa ini nanti saya akan mecoba uraikan di tulisan berikut tentang gaya kepemimpinan islam dan barat, namun yang ajdi tiitk poin dari uraian peristiwa diatas terlihat bahwa sistem demokrasi islam tentang kekhilafahan memang sudah berjalan tetapi tetap siapapun yang memimpin harus taat serta patuh pada ketentuan ALLAH SWT dan tetap mengakomodir kebutuhan masyarakat, sehingga kita lihat juga ketika khalifah Umar Bin khatab langsung turun kelapangan untuk memonitor keadaan rakyat yang sebenarnya dan lalu menemukan seorang ibu dikelilingi anak anak yang kelaparan si ibu ini malah sedang memasak sayur batu karena tidak mempunyai sebutir beras pun, lalu dengan bersedih hati dan memohon ampunan kepada Allah SWT, Khalifah Umar pun memikul sendiri karung beras untuk diberikan kepada sang ibu tersebut, yang jadi pertanyaayn lagi, sudah seperti itu kah para pemimpin kita ini???? .
Kepemimpinan di dalam islam, kepemimpinan dalam cakupan kecil adalah menjadi Imam di dalam Shalat. Ada berbagai kriteria menjadi Imam di dalam shalat diantaranya adalah baligh, bermoral serta mempunyai etika yang baik, paling fasih dalam bacaan alquran, serta hal substansial lainnya. Dan apabila sang imam ini mengalami kekhilafan dalam bacaan maka secara langsung makmum memberikan teguran berupa bacaan subhanallah ataupun bentuk koreksi bacaan yang benar. Dan apabila sang Imam melakukan atau ada hal2 yang membatalkan dalam shalat misal buang angin, maka imam wajib mengundurkan diri karena memang telah melanggar syah nya shalat, lalu makmum di belakang satu maju menjadi Imam, lalu imam yang tadi buang angin berwudlu kembali lalu bergabung lagi menjadi barisan makmum.
Hal ini memang terlihat sederhana didalam makna kepemimpinan, tetapi menurut pandangan saya hal ini mempunyai makna yang sangat besar dalam proses menjadi pemimpin, serta mengelola kepemimpinan itu. Hal ini juga bisa kita kaitkan dengan cara kepemimpinan di dalam diri sendiri, keluarga, masyarakat ataupun kepemimpinan di Negara kita tercinta. Di negara kita Terutama dalam kaitannya dengan kasus yang sedang inn. Apabila memang presiden melakukan kesalahan yang masih bisa dikoreksi secara arif maka koreksi lah pemimpin kita ini dengan arif pula, namun apabila memang presiden melakukan kesalahan yang dianggap fatal dan kesalahan yang dianggap telah melenceng dari konstitusi kita (contoh dalam imam shalat tadi) maka presiden ataupun pejabat yang berwenang di wajibkan untuk melepaskan jabatannya. Itulah cara kepemimpinan yang baik menurut islam dan saya yaki menurut kita bersama
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”.” (QS Al Baqarah : 30)
By rana purnama lahardi
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home